28.7 C
Denpasar
Wednesday, March 22, 2023

Harga Beras Naik Picu Inflasi

DENPASAR, BALI EXPRESS – Inflasi gabungan Kota IHK di Provinsi Bali Januari 2023 mencapai 0,66 persen (month to month/mtm) atau 5,81 persen (year on year/yoy). Secara bulanan, inflasi gabungan tersebut meningkat dibandingkan bulan sebelumnya (0,48 persen, mtm). Terutama akibat kenaikan harga komoditas pada kelompok makanan, minuman dan tembakau.

Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Bali, Trisno Nugroho, operasi pasar yang dilakukan setiap hari oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi dan Kabupaten/Kota mampu menahan kenaikan harga lebih lanjut. Sehingga inflasi bulan Januari 2023 lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi Januari selama 4 tahun terakhir sebesar 0,73 persen (mtm).

Berdasarkan komoditasnya, Inflasi Gabungan Kota IHK di Provinsi Bali disebabkan oleh kenaikan harga pada komoditas beras, cabai rawit, cabai merah, sewa rumah dan canang sari. Kenaikan harga beras disebabkan faktor musim tanam, sedangkan kenaikan harga cabai disebabkan oleh keterbatasan produksi seiring dengan tingginya curah hujan pada Januari 2023.

Baca Juga :  PPKM Darurat, Pelanggan Bisa Intip Honda Virtual Exhibition

“Sementara itu, kenaikan harga sewa rumah di Bali disebabkan oleh kenaikan permintaan sejalan dengan semakin pulihnya perekonomian Bali. Sementara itu, kenaikan harga canang sari disebabkan kenaikan permintaan untuk perayaan Galungan dan Kuningan. Namun demikian, inflasi lebih tinggi dapat tertahan dengan menurunnya harga BBM Non Subsidi (Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite dan Pertamina Dex),” jelas Trisno, Jumat (3/2).

Berdasarkan pola historis empat tahun terakhir, Provinsi Bali diprakirakan mengalami deflasi pada Februari 2023. Meski demikian, terdapat beberapa risiko tekanan inflasi. Antara lain bersumber dari keterbatasan stok beras karena masih dalam musim tanam padi, keterbatasan produksi hortikultura akibat curah hujan yang masih tinggi di Februari 2023.

Baca Juga :  Terapkan Strategi Komunikasi Role Modeling, BRI Aksi Nyata Penerapan ESG

Sementara, dari sisi administered priced terdapat dampak lanjutan kenaikan tarif cukai terhadap harga rokok. Di sisi lain, harga canang sari diprakirakan kembali menurun seiring dengan kembali normalnya permintaan pasca perayaan Galungan dan Kuningan. (ika/art)

 






Reporter: Rika Riyanti

DENPASAR, BALI EXPRESS – Inflasi gabungan Kota IHK di Provinsi Bali Januari 2023 mencapai 0,66 persen (month to month/mtm) atau 5,81 persen (year on year/yoy). Secara bulanan, inflasi gabungan tersebut meningkat dibandingkan bulan sebelumnya (0,48 persen, mtm). Terutama akibat kenaikan harga komoditas pada kelompok makanan, minuman dan tembakau.

Menurut Kepala Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Bali, Trisno Nugroho, operasi pasar yang dilakukan setiap hari oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi dan Kabupaten/Kota mampu menahan kenaikan harga lebih lanjut. Sehingga inflasi bulan Januari 2023 lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi Januari selama 4 tahun terakhir sebesar 0,73 persen (mtm).

Berdasarkan komoditasnya, Inflasi Gabungan Kota IHK di Provinsi Bali disebabkan oleh kenaikan harga pada komoditas beras, cabai rawit, cabai merah, sewa rumah dan canang sari. Kenaikan harga beras disebabkan faktor musim tanam, sedangkan kenaikan harga cabai disebabkan oleh keterbatasan produksi seiring dengan tingginya curah hujan pada Januari 2023.

Baca Juga :  BRI Terapkan Electric Vehicles, Green Building hingga Energi Baru Terbarukan

“Sementara itu, kenaikan harga sewa rumah di Bali disebabkan oleh kenaikan permintaan sejalan dengan semakin pulihnya perekonomian Bali. Sementara itu, kenaikan harga canang sari disebabkan kenaikan permintaan untuk perayaan Galungan dan Kuningan. Namun demikian, inflasi lebih tinggi dapat tertahan dengan menurunnya harga BBM Non Subsidi (Pertamax, Pertamax Turbo, Dexlite dan Pertamina Dex),” jelas Trisno, Jumat (3/2).

Berdasarkan pola historis empat tahun terakhir, Provinsi Bali diprakirakan mengalami deflasi pada Februari 2023. Meski demikian, terdapat beberapa risiko tekanan inflasi. Antara lain bersumber dari keterbatasan stok beras karena masih dalam musim tanam padi, keterbatasan produksi hortikultura akibat curah hujan yang masih tinggi di Februari 2023.

Baca Juga :  Bank Indonesia Sasar Mahasiswa STAHN Mpu Kuturan Sosialisasikan QRIS

Sementara, dari sisi administered priced terdapat dampak lanjutan kenaikan tarif cukai terhadap harga rokok. Di sisi lain, harga canang sari diprakirakan kembali menurun seiring dengan kembali normalnya permintaan pasca perayaan Galungan dan Kuningan. (ika/art)

 






Reporter: Rika Riyanti

Most Read

Artikel Terbaru