TABANAN, BALI EXPRESS – Perkumpulan Eksportir Manggis dan Rumah Kemas Indonesia, telah berkoordinasi dengan Konsulat Jenderal Tiongkok yang ada di Bali, guna membantu menyelesaikan kendala yang dihadapi para eksportir mengenai ekspor manggis ke Tiongkok di masa pandemi Covid-19 ini.
Seperti halnya yang disampaikan oleh Ketua Perkumpulan Eksportir Manggis dan Rumah Kemas Indonesia, Jero Putu Tesan, Minggu (8/11). Menurutnya, beberapa waktu lalu, Konsulat Jenderal Tiongkok yang berkedudukan di Denpasar melakukan tatap muka via zoom meeting dengan para eksportir yang ada di Bali.
Meskipun dari 11 perusahaan yang ada di Bali, tidak seluruhnya bisa mengikuti virtual meeting tersebut. “Dalam virtual meeting itu, selain perkenalan, Konsulat Jenderal Tiongkok juga menyampaikan ingin tetap menjalin hubungan yang baik dengan eksportir di Bali dan kerjasama yang berjalan baik selama ini bisa berlanjut,” ungkap pengusaha asal Pupuan tersebut, kemarin.
Maka dari itu, Konsulat Jenderal Tiongkok meminta para eksportir menyampaikan kendala yang dihadapi, sehingga pihak Tiongkok bisa ikut mencarikan solusi.
Para eksportir pun kala itu menyampaikan kendala yang dihadapi adalah berupa transportasi untuk mengirim manggis ke Tiongkok. Terlebih di masa pandemi Covid-19 ini, penerbangan dari Tiongkok ke Bali distop dan otomatis saat penerbangan kembali ke Tiongkok, eksportir tidak bisa mengirim manggis.
“Kalaupun ada pesawat ke Tiongkok, tapi lewat negara lain, dan itu harganya mahal, jadi kami belum bisa menjangkau jika dibandingkan dengan harga manggis yang dikirim,” paparnya.
Atas kondisi tersebut, pihaknya pun berharap Tiongkok bisa percaya bahwa Bali itu aman, apalagi kerjasama Tiongkok dengan Indonesia bukan hanya pada ekspor buah saja. Dimana Tiongkok yang mengirim alkes ke Indonesia bisa saja menerbangkan pesawatnya dan mendaratkannya di Bali, sehingga saat kembali ke Tiongkok bisa mengangkut manggis, buah naga, dan lainnya.
“Setelah virtual meeting selesai, Konsulat Jenderal Tiongkok langsung menyampaikan kepada Pemerintah Tiongkok yang ternyata direspon positif. Mudah-mudahan di akhir bulan November ini ada satu pesawat yang akan ke Bali, sehingga saat kembali bisa mengangkut 70 hingga 80 ton manggis,” jelasnya.
Dalam waktu dekat ini, para eksportir diminta membuat data yang lengkap mengenai jumlah manggis yang akan diekspor untuk dikirimkan ke Konjen Tiongkok, serta para pembeli di Tiongkok, sehingga pesawat tersebut tidak rugi terbang ke Bali.
Manggis yang nantinya diekspor bukan hanya manggis dari Tabanan saja, namun juga dari Singaraja, Banyuwangi hingga Lombok. Terlebih di daerah tersebut panen dilakukan lebih awal, yakni di bulan November, sedangkan di Tabanan panen dimulai bulan Desember.
Dan, di tahun 2020 ini memang terjadi penurunan mencapai 35 persen karena faktor cuaca ekstrem. Padahal, tahun 2020 ini, pihaknya menargetkan pengiriman manggis ke Tiongkok sebanyak 4.000 ton.
“Penurunan 35 persen karena cuaca ekstrem, biasanya saat Sasih Kapat sudah kelihatan bunganya, tapi karena curah hujan terlalu tinggi, jadi akan berkurang sekitar 1000 ton,” imbuh Jero Tesan.
Kendatipun demikian, ia berharap ekspor manggis ke Tiongkok bisa tetap berangsur normal seperti sebelum pandemi Covid-19. “Di samping itu, pemerintah diharapkan bisa membantu pengusaha, mungkin lewat stimulus berupa subsidi transportasi pengiriman manggis. Sehingga kita bisa ekspor dengan tidak menurunkan harga,” tandasnya.