BALI EXPRESS, DENPASAR – Selama Triwulan I tahun 2018, industry property, khususnya property residensial (Hunian) masih stagnan dengan adanya penurunan harga sebesar 185 persen dengan pertumbuhan pasar yang mengalami penurunan sekitar 0,75 persen.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinci Bali, Azka Subhan ketika dikonfirmasi Kamis kemarin (10/5) mengatakan penurunan di sector industry property Bali ini terhadi pada seluruh type property hunian. “Selama triwulan I tahun hamper tidak ada peningkatan perumbuhan harga property hunian di Bali, penurunan terjadi di semua sector property hunian, sector kecil turun hingga -0,23 persen, type menengah naik sebesar 0,05 persen sedangkan type besar naik sebesar 0,04 persen,” jelasnya.
Berdasarkan wilayahnya, Azka mengatakan secara umum pergerakan harga property hunian di Denpasar relative melambat. Sejalan dengan perlambatan harga rumah di Denpasar, pergerakan harga tana di Kota Denpasar pada triwulan I tahun 2018 dikatakannya juga mengalami perlambatan dari pertumbuhan sebelumnya sebsar 1,73 persen di triwulan IV tahun 2017 menjadi 0,83 persen di Triwulan I tahun 2018.
Meskipun mengalami perlambatan di triwulan I tahun 2018, namun di triwulan II tahun 2018, Azka memprediksi pertumbuhan industry property di Bali akan mengalami peningkatan. “Meskipun tidak signifikan, namun peningkatan di sector property hunian di Bali di triwulan II akan membawa dampak positif terhadap industry property hunian di Bali,” jelasnya.
Terkait stagnannya pertumbuhan di sector property, Agus Rama, salah seorang pelaku industry di Denpasar mengakui jika industry property di Denpasar memang tidak mengalami pertumbuhan selama triwulan I tahun 2018. “Sektor property di Denpasar selama triwulan I tahun 2018 stagnan, bahkan di beberapa waktu cenderung menunjukan penurunan, khususnya pada akhir periode triwulan I tahun 2018,” jelasnya.
Meskipun mengalami penurunan di triwulan I, namun Agus mengaku jika sector property di Bali baru akan kembali menggeliat di triwulan III tahun 2018, karena pada triwulan II konsentrasi belanja masyarkaat masih terfokus untuk kebutuhan yang lain, seperti belanja pendidikan dan belanja konsumtif untuk pemenuhan kebutuhan hari Raya.