28.7 C
Denpasar
Sunday, April 2, 2023

Tarif Angkutan Naik Kerek Inflasi Bali 3,05 Persen April 2022

DENPASAR, BALI EXPRESS – Pada April 2022, Provinsi Bali secara bulanan mengalami inflasi 1,00 persen (month to month/mtm), lebih tinggi dibandingkan 0,91 persen (mtm) pada bulan sebelumnya dan inflasi nasional sebesar 0,95 persen (mtm).

Sementara secara tahunan, Provinsi Bali mengalami inflasi sebesar 3,05 persen (year on year/yoy), meningkat dibandingkan 2,41 persen (yoy) pada bulan sebelumnya, namun lebih rendah dari inflasi nasional sebesar 3,47 persen (yoy).

Menurut Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Bali, Trisno Nugroho, kelompok barang administered price mencatat inflasi sebesar 2,43 persen (mtm). Terutama disebabkan oleh peningkatan tarif angkutan udara dan tarif angkutan kota yang disebabkan oleh kenaikan permintaan menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri.

Selanjutnya khusus angkutan udara, tekanan kenaikan harga juga disebabkan oleh pelonggaran kenaikan fuel surcharge dari Pemerintah sebesar 10 persen untuk mengompensasi kenaikan harga avtur.

“Selain itu, komoditas bensin yang terdiri dari jenis premium, pertalite, dan pertamax, juga turut menyumbang inflasi administered price akibat kenaikan harga pertamax Rp 9.000 menjadi Rp 12.500 per liter,” katanya, Rabu (11/5).

Baca Juga :  Pelamar Pejabat AMDK Gianyar Sepi Peminat, Syarat Dipermudah

Kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 2,37 persen (mtm), didorong oleh naiknya harga komoditas minyak goreng, daging ayam ras, telur ayam ras, tempe, dan tomat. Kenaikan harga minyak goreng terutama disebabkan oleh tren kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO) global dan pencabutan Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng kemasan pada 16 Maret 2022.

Sedangkan kenaikan harga daging ayam ras dan telur ayam lebih disebabkan kenaikan permintaan selama bulan puasa dan menjelang perayaan Idul Fitri.

Sementara laju inflasi volatile food tertahan oleh penurunan harga cabai rawit sejalan dengan peningkatan pasokan karena telah memasuki panen raya, terutama pada wilayah Bangli, Tabanan, dan Karangasem.

Kemudian, kelompok core inflation mencatatkan inflasi sebesar 0,32 persen (mtm). Komoditas utama penyumbang inflasi inti adalah sabun detergen bubuk atau cair, sabun mandi, sabun cuci cair atau cuci piring, kue kering berminyak, dan mobil.

Peningkatan harga beragam jenis sabun sejalan dengan meningkatnya harga CPO yang menjadi bahan baku utama pembuatan sabun. Sementara naiknya harga kue kering sejalan dengan kenaikan permintaan untuk perayaan Idul Fitri.

Baca Juga :  Launching AKDP di Terminal Mengwi, Para Sopir Cemas Mati Pelan-Pelan

Sementara kenaikan harga mobil pada April 2022 disebabkan oleh kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 10 persen menjadi 11 persen dan pengurangan insentif Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dari 100 persen menjadi 66,66 persen per 1 April 2022.

“Pada Mei 2022, tekanan inflasi diprakirakan berasal dari kelompok administered prices, sejalan dengan risiko berlanjutnya peningkatan tarif angkutan udara selama libur Idul Fitri, dan potensi terjadinya second round effect dari naiknya harga bahan bakar pertamax,” ungkapnya.

Namun demikian, kembali normalnya permintaan paska Idul Fitri diprakirakan menahan laju inflasi yang lebih tinggi pada Mei 2022. Bank Indonesia bersama dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) akan senantiasa melakukan monitoring harga dan memastikan ketersediaan pasokan bahan pokok untuk menjaga stabilitas inflasi di Provinsi Bali.

 






Reporter: Rika Riyanti

DENPASAR, BALI EXPRESS – Pada April 2022, Provinsi Bali secara bulanan mengalami inflasi 1,00 persen (month to month/mtm), lebih tinggi dibandingkan 0,91 persen (mtm) pada bulan sebelumnya dan inflasi nasional sebesar 0,95 persen (mtm).

Sementara secara tahunan, Provinsi Bali mengalami inflasi sebesar 3,05 persen (year on year/yoy), meningkat dibandingkan 2,41 persen (yoy) pada bulan sebelumnya, namun lebih rendah dari inflasi nasional sebesar 3,47 persen (yoy).

Menurut Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Bali, Trisno Nugroho, kelompok barang administered price mencatat inflasi sebesar 2,43 persen (mtm). Terutama disebabkan oleh peningkatan tarif angkutan udara dan tarif angkutan kota yang disebabkan oleh kenaikan permintaan menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri.

Selanjutnya khusus angkutan udara, tekanan kenaikan harga juga disebabkan oleh pelonggaran kenaikan fuel surcharge dari Pemerintah sebesar 10 persen untuk mengompensasi kenaikan harga avtur.

“Selain itu, komoditas bensin yang terdiri dari jenis premium, pertalite, dan pertamax, juga turut menyumbang inflasi administered price akibat kenaikan harga pertamax Rp 9.000 menjadi Rp 12.500 per liter,” katanya, Rabu (11/5).

Baca Juga :  Panen Melimpah, Petani Gumitir Banting Harga

Kelompok volatile food mengalami inflasi sebesar 2,37 persen (mtm), didorong oleh naiknya harga komoditas minyak goreng, daging ayam ras, telur ayam ras, tempe, dan tomat. Kenaikan harga minyak goreng terutama disebabkan oleh tren kenaikan harga Crude Palm Oil (CPO) global dan pencabutan Harga Eceran Tertinggi (HET) minyak goreng kemasan pada 16 Maret 2022.

Sedangkan kenaikan harga daging ayam ras dan telur ayam lebih disebabkan kenaikan permintaan selama bulan puasa dan menjelang perayaan Idul Fitri.

Sementara laju inflasi volatile food tertahan oleh penurunan harga cabai rawit sejalan dengan peningkatan pasokan karena telah memasuki panen raya, terutama pada wilayah Bangli, Tabanan, dan Karangasem.

Kemudian, kelompok core inflation mencatatkan inflasi sebesar 0,32 persen (mtm). Komoditas utama penyumbang inflasi inti adalah sabun detergen bubuk atau cair, sabun mandi, sabun cuci cair atau cuci piring, kue kering berminyak, dan mobil.

Peningkatan harga beragam jenis sabun sejalan dengan meningkatnya harga CPO yang menjadi bahan baku utama pembuatan sabun. Sementara naiknya harga kue kering sejalan dengan kenaikan permintaan untuk perayaan Idul Fitri.

Baca Juga :  Bank Indonesia Sasar Mahasiswa STAHN Mpu Kuturan Sosialisasikan QRIS

Sementara kenaikan harga mobil pada April 2022 disebabkan oleh kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 10 persen menjadi 11 persen dan pengurangan insentif Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) dari 100 persen menjadi 66,66 persen per 1 April 2022.

“Pada Mei 2022, tekanan inflasi diprakirakan berasal dari kelompok administered prices, sejalan dengan risiko berlanjutnya peningkatan tarif angkutan udara selama libur Idul Fitri, dan potensi terjadinya second round effect dari naiknya harga bahan bakar pertamax,” ungkapnya.

Namun demikian, kembali normalnya permintaan paska Idul Fitri diprakirakan menahan laju inflasi yang lebih tinggi pada Mei 2022. Bank Indonesia bersama dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) akan senantiasa melakukan monitoring harga dan memastikan ketersediaan pasokan bahan pokok untuk menjaga stabilitas inflasi di Provinsi Bali.

 






Reporter: Rika Riyanti

Most Read

Artikel Terbaru