28.7 C
Denpasar
Wednesday, March 22, 2023

Suarjana Buat 100 Lembu & Bade, Ajak 50 Pekerja, Raup Miliaran Rupiah

KARANGASEM, BALI EXPRESS-Bulan Juni sampai Agustus 2022, banyak desa di Bali mengadakan upacara Pitra Yadnya atau Ngaben secara massal. Tentu dalam prosesi tersebut menggunakan petulangan seperti Bade, Lembu, dan sarana lainnya.

Situasi ini pun menjadi berkah tersendiri bagi I Wayan Suarjana, perajin sarana pangabenan yang berasal dari Banjar Tengah, Desa Bebandem, Kecamatan Bebandem, Karangasem. Selama tiga bulan tersebut, pria yang lebih dikenal dengan nama Wayan Bandem ini, sudah menuntaskan lebih dari 100 pesanan baik Bade, Lembu, dan sarana pendukung lainnya.

Pemilik usaha Taksu Bali Bandem tersebut menyebut, untuk pangabenan yang dilaksanakan di Kabupaten Karangasem belakangan ini, rata-rata untuk bade atau lembu berasal dari buatan dirinya. Bahkan, pria bertubuh gempal tersebut mengaku dalam musim ini tidak sedikit menolak orderan.

“Sudah empat buku nota penuh. Pernah juga saya tolak orderan karena waktu tidak mencukupi,” terang Wayan Bandem ketika ditemui ditempat kerjanya yang berada di sebelah timur Polsek Bebandem, Senin (22/8).

Baca Juga :  Tetabuhan dalam Ngaben Tidak Mutlak Harus Ada

Wayan Bandem pun tidak menampik bahwa pengiriman tidak dilakukan di sekitaran Kabupaten Karangasem saja. Karena pesanan datang dari daerah lain seperti Kabupaten Klungkung dan sekitarnya. Tak jarang juga berangkat ke Lombok, Nusa Tenggara Barat. “Ada yang berangkat ke Nusa Penida, penggarap juga ada yang ikut kesana untuk melanjutkan, karena langsung dipasang sanan,” imbuhnya.

Ketika tidak ada orderan lain, Wayan Bandem mengaku, satu bade itu bisa diselesaikan dalam kurun waktu tiga hari. Satu paketnya tersebut (untuk yang standar), Wayan Badem membandrol karyanya dengan harga sekitar Rp 25 Juta. Jika dihitung, dirinya telah meraup omzet miliaran rupiah. “Begitulah kira-kira,” sahutnya sambil tertawa ketika ditanya omzet yang mencapai miliaran rupiah.

Bahkan untuk Lembu yang sempat viral di media sosial, berukuran cukup besar di Desa Antiga, Kecamatan Manggis, Karangasem juga hasil buatannya. Untuk lembu berukuran cukup besar tersebut dikerjakannya dalam kurun 10 hari. “Karena ukurannya cukup besar, jadi kendala cuma waktu. Kita naik turun itu yang susah,” terangnya.

Baca Juga :  Bakar Uang Saat Ngaben, Sama dengan Bakar Amrita

Selama pembuatan, Wayan Bandem tidak bekerja sendirian. Kesehariannya, ia dibantu 25 tenaga untuk membuat sarana pangabenan. Bahkan ketika situasi seperti belakangan ini yang membeludak orderannya, tenaganya mesti ditambah. “Untuk yang tetap 25 orang, kalau banyak orderan saya tambah lagi tenaga. Sekarang sekitar 50 orang,” bebernya.

Wayan Bandem sudah menggeluti kerajinan ini sejak tahun 1993. Tidak hanya ketika musim pangabenan saja membuat sarana pengabenan, di hari-hari biasa pun ia tetap bekerja. “Ada saja satu bulannya yang beli, kan ada saja hari baik untuk Ngaben. Tidak sampai punya stok, keburu habis,” tegasnya.

Kini usaha yang digelutinya mulai diikuti oleh anak-anaknya. Dua anaknya ikut serta dalam pembuatan sarana pangabenan tersebut. “Sekarang dua anak saya yang mulai ambil alih. Kalau yang satunya lagi sepertinya beda jalurnya,” terang bapak tiga anak ini. (dir)

 


KARANGASEM, BALI EXPRESS-Bulan Juni sampai Agustus 2022, banyak desa di Bali mengadakan upacara Pitra Yadnya atau Ngaben secara massal. Tentu dalam prosesi tersebut menggunakan petulangan seperti Bade, Lembu, dan sarana lainnya.

Situasi ini pun menjadi berkah tersendiri bagi I Wayan Suarjana, perajin sarana pangabenan yang berasal dari Banjar Tengah, Desa Bebandem, Kecamatan Bebandem, Karangasem. Selama tiga bulan tersebut, pria yang lebih dikenal dengan nama Wayan Bandem ini, sudah menuntaskan lebih dari 100 pesanan baik Bade, Lembu, dan sarana pendukung lainnya.

Pemilik usaha Taksu Bali Bandem tersebut menyebut, untuk pangabenan yang dilaksanakan di Kabupaten Karangasem belakangan ini, rata-rata untuk bade atau lembu berasal dari buatan dirinya. Bahkan, pria bertubuh gempal tersebut mengaku dalam musim ini tidak sedikit menolak orderan.

“Sudah empat buku nota penuh. Pernah juga saya tolak orderan karena waktu tidak mencukupi,” terang Wayan Bandem ketika ditemui ditempat kerjanya yang berada di sebelah timur Polsek Bebandem, Senin (22/8).

Baca Juga :  Ngaben Tanpa Api di Setra Gede Buwit; Dupa Saja Tak Bisa Menyala

Wayan Bandem pun tidak menampik bahwa pengiriman tidak dilakukan di sekitaran Kabupaten Karangasem saja. Karena pesanan datang dari daerah lain seperti Kabupaten Klungkung dan sekitarnya. Tak jarang juga berangkat ke Lombok, Nusa Tenggara Barat. “Ada yang berangkat ke Nusa Penida, penggarap juga ada yang ikut kesana untuk melanjutkan, karena langsung dipasang sanan,” imbuhnya.

Ketika tidak ada orderan lain, Wayan Bandem mengaku, satu bade itu bisa diselesaikan dalam kurun waktu tiga hari. Satu paketnya tersebut (untuk yang standar), Wayan Badem membandrol karyanya dengan harga sekitar Rp 25 Juta. Jika dihitung, dirinya telah meraup omzet miliaran rupiah. “Begitulah kira-kira,” sahutnya sambil tertawa ketika ditanya omzet yang mencapai miliaran rupiah.

Bahkan untuk Lembu yang sempat viral di media sosial, berukuran cukup besar di Desa Antiga, Kecamatan Manggis, Karangasem juga hasil buatannya. Untuk lembu berukuran cukup besar tersebut dikerjakannya dalam kurun 10 hari. “Karena ukurannya cukup besar, jadi kendala cuma waktu. Kita naik turun itu yang susah,” terangnya.

Baca Juga :  Perkuat Industri Otomotif, BRI Salurkan Pembiayaan untuk IKM Lokal

Selama pembuatan, Wayan Bandem tidak bekerja sendirian. Kesehariannya, ia dibantu 25 tenaga untuk membuat sarana pangabenan. Bahkan ketika situasi seperti belakangan ini yang membeludak orderannya, tenaganya mesti ditambah. “Untuk yang tetap 25 orang, kalau banyak orderan saya tambah lagi tenaga. Sekarang sekitar 50 orang,” bebernya.

Wayan Bandem sudah menggeluti kerajinan ini sejak tahun 1993. Tidak hanya ketika musim pangabenan saja membuat sarana pengabenan, di hari-hari biasa pun ia tetap bekerja. “Ada saja satu bulannya yang beli, kan ada saja hari baik untuk Ngaben. Tidak sampai punya stok, keburu habis,” tegasnya.

Kini usaha yang digelutinya mulai diikuti oleh anak-anaknya. Dua anaknya ikut serta dalam pembuatan sarana pangabenan tersebut. “Sekarang dua anak saya yang mulai ambil alih. Kalau yang satunya lagi sepertinya beda jalurnya,” terang bapak tiga anak ini. (dir)

 


Most Read

Artikel Terbaru