28.7 C
Denpasar
Thursday, June 8, 2023

Mantan Tour Guide Alih Profesi Jual Es Kopi Durian

DENPASAR, BALI EXPRESS – Pancake durian, pudding durian, es krim durian, mungkin sudah biasa diterima lidah masyarakat. Namun bagaimana jika kopi susu dicampur dengan durian? 

Terdampak pandemi, I Putu Alit Pranata Utama (33) memutuskan untuk beralih profesi dari tour guide menjadi penjual kopi bermobil. Tak sembarang kopi, minuman yang dijualnya yakni kopi susu dicampur daging buah durian yang pastinya manis dan fresh. Usaha kopinya yang dirintisnya sejak November 2020 lalu ini ia beri nama Bunny Coffee dan mangkal di kawasan Jalan Raya Puputan Renon, Denpasar Selatan, Bali.

“Sekarang banyak orang-orang jamannya buat kopi manual brew. Jadi saya pikir apa yang unik yang bisa dicoba untuk campuran kopi. Kalau alpukat masuk, tapi yang lebih nyeleneh di mata saya itu durian. Jadi saya coba dan kebetulan rasanya masuk,” ujar Alit saat ditemui di lokasi, Rabu (25/8). “Untuk kopinya saya sudah punya kopi yang spesial. Dengan racikan kopi three in one mix gula dan susu. Minumannya lebih enak dinikmati jika diberi es,” lanjutnya pria asli Tabanan ini.

Awalnya, kata dia, ia hanya menjual es kopi durian. Namun belakangan, ia juga menyediakan kopi varian lainnya lantaran banyak customer yang menanyakan. Ia pun berinisiatif untuk belajar manual brew dari sejumlah teman, kafe-kafe sekitar, dan juga youtube.

Baca Juga :  Banyak Hoaks Rekrut Karyawan, PLN UID Bali Tegaskan Belum Buka Loker

Terkhusus untuk menu durian, tidak hanya dicampurkan dengan kopi saja, tetapi juga ada 10 varian rasa lainnya seperti cokelat, vanilla blue, blueberry, red velvet, dan sebagainya. Tak hanya kopi durian, ia juga menyediakan es kopi gula aren, kopi tubruk, Vietnam drip, dan menu kopi lainnya. Hal ini karena dirinya tidak hanya menyasar para penikmat kopi dari kalangan dewasa, melainkan juga dari kalangan anak muda.

Harganya sendiri mulai dari Rp 10 ribu sampai Rp 15 ribu per cup, tapi untuk kopi durian dibanderol dengan harga Rp 12 ribu. “Sekarang masih sepi yang beli, jadi maksimal bisa jual 38 cup sehari, sedikitnya 4 cup pernah sehari. Saya buka setiap hari mulai pukul 08.00 Wita sampai 19.00 Wita,” katanya.

Sementara untuk modalnya, Alit mengaku menghabiskan Rp 5 juta lebih. Mulai dari keperluan alat dan bahan, sampai dengan pembuatan barnya. “Alatnya saja Rp 1,5 juta habis. Kalau bahan di awal untuk 10 rasa, durian, dan kopi hampir Rp 1 juta. Untuk barnya saja masuk Rp 3,5 juta,” kata dia.

Baca Juga :  Jam Operasional Pasar Tradisional Tidak Terpengaruh PKM

Sebelum berjualan di wilayah Renon, Alit sempat berulang kali pindah lokasi. Berbekal ekspektasi tinggi, ia pindah berjualan dari Renon ke wilayah Padang Sambian, namun pembeli yang datang tak seberapa. Kemudian ia pindah ke lokasi lainnya dan menemui perkara yang sama. Sampai akhirnya ia memutuskan kembali berjualan di wilayah Renon.

Sementara itu, komentar yang datang pun beragam. Namun bagi pecinta durian, kata dia, bisa sampai berkali-kali mendatangi tempatnya. Tak sedikit yang meminta kontaknya untuk menanyakan jadwal bukanya.

Diakuinya, risiko dari berjualan dengan menggunakan bahan baku durian yakni durian merupakan buah musiman. Namun ia cukup beruntung karena memiliki teman supplier durian. “Jadi kalau lagi tidak musim, harga duriannya mahal. Daging duriannya sendiri bisa disimpan di freezer, sehingga rasanya masih konsisten. Begitu dikeluarkan dagingnya ini tahan 8 sampai 12 jam, kalau tidak habis biasanya saya simpan lagi di freezer dan keesokan saya coba. Kalau sudah tidak enak, saya tidak pakai lagi,” tuturnya.(ika)


DENPASAR, BALI EXPRESS – Pancake durian, pudding durian, es krim durian, mungkin sudah biasa diterima lidah masyarakat. Namun bagaimana jika kopi susu dicampur dengan durian? 

Terdampak pandemi, I Putu Alit Pranata Utama (33) memutuskan untuk beralih profesi dari tour guide menjadi penjual kopi bermobil. Tak sembarang kopi, minuman yang dijualnya yakni kopi susu dicampur daging buah durian yang pastinya manis dan fresh. Usaha kopinya yang dirintisnya sejak November 2020 lalu ini ia beri nama Bunny Coffee dan mangkal di kawasan Jalan Raya Puputan Renon, Denpasar Selatan, Bali.

“Sekarang banyak orang-orang jamannya buat kopi manual brew. Jadi saya pikir apa yang unik yang bisa dicoba untuk campuran kopi. Kalau alpukat masuk, tapi yang lebih nyeleneh di mata saya itu durian. Jadi saya coba dan kebetulan rasanya masuk,” ujar Alit saat ditemui di lokasi, Rabu (25/8). “Untuk kopinya saya sudah punya kopi yang spesial. Dengan racikan kopi three in one mix gula dan susu. Minumannya lebih enak dinikmati jika diberi es,” lanjutnya pria asli Tabanan ini.

Awalnya, kata dia, ia hanya menjual es kopi durian. Namun belakangan, ia juga menyediakan kopi varian lainnya lantaran banyak customer yang menanyakan. Ia pun berinisiatif untuk belajar manual brew dari sejumlah teman, kafe-kafe sekitar, dan juga youtube.

Baca Juga :  Program Lestari For Kids Bank Lestari Bali Dukung Pemenuhan Gizi Anak

Terkhusus untuk menu durian, tidak hanya dicampurkan dengan kopi saja, tetapi juga ada 10 varian rasa lainnya seperti cokelat, vanilla blue, blueberry, red velvet, dan sebagainya. Tak hanya kopi durian, ia juga menyediakan es kopi gula aren, kopi tubruk, Vietnam drip, dan menu kopi lainnya. Hal ini karena dirinya tidak hanya menyasar para penikmat kopi dari kalangan dewasa, melainkan juga dari kalangan anak muda.

Harganya sendiri mulai dari Rp 10 ribu sampai Rp 15 ribu per cup, tapi untuk kopi durian dibanderol dengan harga Rp 12 ribu. “Sekarang masih sepi yang beli, jadi maksimal bisa jual 38 cup sehari, sedikitnya 4 cup pernah sehari. Saya buka setiap hari mulai pukul 08.00 Wita sampai 19.00 Wita,” katanya.

Sementara untuk modalnya, Alit mengaku menghabiskan Rp 5 juta lebih. Mulai dari keperluan alat dan bahan, sampai dengan pembuatan barnya. “Alatnya saja Rp 1,5 juta habis. Kalau bahan di awal untuk 10 rasa, durian, dan kopi hampir Rp 1 juta. Untuk barnya saja masuk Rp 3,5 juta,” kata dia.

Baca Juga :  Perbankan Diimbau Kosongkan ATM Sebelum Nyepi

Sebelum berjualan di wilayah Renon, Alit sempat berulang kali pindah lokasi. Berbekal ekspektasi tinggi, ia pindah berjualan dari Renon ke wilayah Padang Sambian, namun pembeli yang datang tak seberapa. Kemudian ia pindah ke lokasi lainnya dan menemui perkara yang sama. Sampai akhirnya ia memutuskan kembali berjualan di wilayah Renon.

Sementara itu, komentar yang datang pun beragam. Namun bagi pecinta durian, kata dia, bisa sampai berkali-kali mendatangi tempatnya. Tak sedikit yang meminta kontaknya untuk menanyakan jadwal bukanya.

Diakuinya, risiko dari berjualan dengan menggunakan bahan baku durian yakni durian merupakan buah musiman. Namun ia cukup beruntung karena memiliki teman supplier durian. “Jadi kalau lagi tidak musim, harga duriannya mahal. Daging duriannya sendiri bisa disimpan di freezer, sehingga rasanya masih konsisten. Begitu dikeluarkan dagingnya ini tahan 8 sampai 12 jam, kalau tidak habis biasanya saya simpan lagi di freezer dan keesokan saya coba. Kalau sudah tidak enak, saya tidak pakai lagi,” tuturnya.(ika)


Most Read

Artikel Terbaru