27.6 C
Denpasar
Tuesday, March 21, 2023

Soal Buang Hajat Jadi Masalah, Bisa Antre dari Jam 3 Pagi sampai Siang

BALI EXPRESS, TEJAKULA – Para pengungsi erupsi Gunung Agung yang tinggal di posko-posko pengungsian memang harus siap dengan segala keterbatasan. Karena semuanya darurat. Termasuk soal buang hajat, air kecil dan besar.

Ratusan pengungsi yang ditampung di Kamp III, Dusun Tembok, Desa Tembok, Kecamatan Tejakula kini bisa bernapas lega. Pasalnya kini mereka tak lagi harus antre berjam-jam apabila hendak menggunakan toilet, yang selama ini hanya ada satu unit saja. Sebab PMI Cabang Buleleng membantu pengadaan toilet dengan dibantu dana dari pihak swasta.

 Khusus di Kamp III, tercatat sebanyak 161 pengungsi asal Dusun Batugilig, Desa Dukuh, Kecamatan Kubu, Karangasem ditampung di pos penampungan ini. Mereka menempati lahan mirik warga. Namun, selama ini keterbatasan toilet menjadi permasalahan utama.

 Beruntung, Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Buleleng mendapat bantuan dana dari pihak swasta sehingga membantu pengadaan toilet. Dari dana tersebut dibangun toilet sebanyak 4 unit. Pembangunan toilet darurat inipun diharapkan menjadi solusi atas keterbatasan sarana MCK di pos pengungsian.

Baca Juga :  Ngaben Mantan Bupati Buleleng; Dikenal Sederhana, dan Sayang Keluarga

 Pantauan Bali Express (Jawa Pos Group) Senin (4/12) kemarin terlihat puluhan pengungsi laki-laki bahu membahu membangun toilet. Mulai dari membuat septik tank, hingga fondasi toilet darurat pun dikerjakan bersama-sama. Mereka diberikan tugas untuk menggarap pembangunan toilet. Sedangkan bahan material disediakan oleh donatur.

 Nengah Sungsang, 42, salah seorang pengungsi asal Desa Dukuh mengaku bersyukur mendapat bantuan pengadaan toilet. Sebab, selama ini dirinya harus rela antri berjam-jam untuk menggunakan toilet yang jumlahnya hanya satu unit. “Kalau mau pakai toilet biasanya ngantre dari jam 3 pagi, sampai siang. Syukur kami dibantu pengadaan toilet. Jadi kini tak ngantre lagi,” ujar Nengah Sungsang.

Kordinator Relawan Pengungsi Gunung Agung Desa Tembok, Dewa Willy Asmawan tak menampik jika keberadaan toilet untuk tempat MCK masih terbatas. Dirinya pun berharap agar donatur tak hanya memperhatikan urusan sembako saja. Melainkan juga hal-hal yang bersifat primer seperti toilet itu sendiri.

Baca Juga :  Museum Agung Bung Karno Abadikan Jejak Hidup Prananda

 “Kita memang minta dari donatur seperti Gaia Oasis dan yayasan agar berkenan membantu pengadaan toilet, dan akhirnya terwujud. Karena memang keberadaan toilet sangat terbatas. Tidak sebanding dengan jumlah pengungsi. Sehingga sering mengantre,”paparnya.

Sementara itu Kepala Markas PMI Cabang Buleleng, Made Pasek Yasa mengatakan karena dana PMI yang terbatas, pihaknya pun berusaha menggandeng donatur swasta dari Gaia Oasis. Menurutnya, di Desa Tembok, total pembangunan toilet sebanyak 8 unit. Dari jumlah itu, 4 di antaranya dibangun untuk pengungsi di Kamp III.

 “Kita dananya terbatas, makanya menggandeng dari pihak swasta untuk membangun toilet. Nah dari pembangunan itu, donatur memang membantu material sedangkan pengerjaannya dilakukan secara swadaya oleh pengungsi itu sendiri,” tutupnya.


BALI EXPRESS, TEJAKULA – Para pengungsi erupsi Gunung Agung yang tinggal di posko-posko pengungsian memang harus siap dengan segala keterbatasan. Karena semuanya darurat. Termasuk soal buang hajat, air kecil dan besar.

Ratusan pengungsi yang ditampung di Kamp III, Dusun Tembok, Desa Tembok, Kecamatan Tejakula kini bisa bernapas lega. Pasalnya kini mereka tak lagi harus antre berjam-jam apabila hendak menggunakan toilet, yang selama ini hanya ada satu unit saja. Sebab PMI Cabang Buleleng membantu pengadaan toilet dengan dibantu dana dari pihak swasta.

 Khusus di Kamp III, tercatat sebanyak 161 pengungsi asal Dusun Batugilig, Desa Dukuh, Kecamatan Kubu, Karangasem ditampung di pos penampungan ini. Mereka menempati lahan mirik warga. Namun, selama ini keterbatasan toilet menjadi permasalahan utama.

 Beruntung, Palang Merah Indonesia (PMI) Cabang Buleleng mendapat bantuan dana dari pihak swasta sehingga membantu pengadaan toilet. Dari dana tersebut dibangun toilet sebanyak 4 unit. Pembangunan toilet darurat inipun diharapkan menjadi solusi atas keterbatasan sarana MCK di pos pengungsian.

Baca Juga :  Lukisan Khas Batuan, Teknik Sama, Tema Beragam

 Pantauan Bali Express (Jawa Pos Group) Senin (4/12) kemarin terlihat puluhan pengungsi laki-laki bahu membahu membangun toilet. Mulai dari membuat septik tank, hingga fondasi toilet darurat pun dikerjakan bersama-sama. Mereka diberikan tugas untuk menggarap pembangunan toilet. Sedangkan bahan material disediakan oleh donatur.

 Nengah Sungsang, 42, salah seorang pengungsi asal Desa Dukuh mengaku bersyukur mendapat bantuan pengadaan toilet. Sebab, selama ini dirinya harus rela antri berjam-jam untuk menggunakan toilet yang jumlahnya hanya satu unit. “Kalau mau pakai toilet biasanya ngantre dari jam 3 pagi, sampai siang. Syukur kami dibantu pengadaan toilet. Jadi kini tak ngantre lagi,” ujar Nengah Sungsang.

Kordinator Relawan Pengungsi Gunung Agung Desa Tembok, Dewa Willy Asmawan tak menampik jika keberadaan toilet untuk tempat MCK masih terbatas. Dirinya pun berharap agar donatur tak hanya memperhatikan urusan sembako saja. Melainkan juga hal-hal yang bersifat primer seperti toilet itu sendiri.

Baca Juga :  Sidak, Pastika Cek Ambulance Canggih, Toilet, hingga Kursi USG Mata

 “Kita memang minta dari donatur seperti Gaia Oasis dan yayasan agar berkenan membantu pengadaan toilet, dan akhirnya terwujud. Karena memang keberadaan toilet sangat terbatas. Tidak sebanding dengan jumlah pengungsi. Sehingga sering mengantre,”paparnya.

Sementara itu Kepala Markas PMI Cabang Buleleng, Made Pasek Yasa mengatakan karena dana PMI yang terbatas, pihaknya pun berusaha menggandeng donatur swasta dari Gaia Oasis. Menurutnya, di Desa Tembok, total pembangunan toilet sebanyak 8 unit. Dari jumlah itu, 4 di antaranya dibangun untuk pengungsi di Kamp III.

 “Kita dananya terbatas, makanya menggandeng dari pihak swasta untuk membangun toilet. Nah dari pembangunan itu, donatur memang membantu material sedangkan pengerjaannya dilakukan secara swadaya oleh pengungsi itu sendiri,” tutupnya.


Most Read

Artikel Terbaru