26.5 C
Denpasar
Wednesday, March 22, 2023

Enggan Beber soal Pribadi, Ini Cerita Luh Gelgel soal Bung Karno

BULELENG, BALI EXPRESS-Cuaca di pagi hari cerah. Angin berhembus lembut menyejukkan. Luh Gelgel, 82, bersama Luh Suniki, 72, tengah duduk di teras candi bentar, Bale Agung, Buleleng, Jumat (17/3).

Keduanya tengah asyik mengobrol. Mereka memang biasa ‘nganggur’ di teras depan. Di usianya yang renta mereka butuh angin segar untuk sekadar berjalan-jalan.

Luh Gelgel dan Luh Sukini merupakan keturunan Presiden RI pertama, Ir. Soekarno yang populer dengan nama Bung Karno. Gelgel dan Sukini bersepupu. Saat bertemu keduanya, mereka menyapa dengan ramah, dibubuhi senyuman khas. Penampilan keduanya pun sederhana. Tidak menunjukkan kemewahan maupun status sosial keluarga petinggi negara. “Yang pejabat kan bukan saya,” ujarnya sembari tertawa.

Di usianya yang lansia, Luh Gelgel masih mengingat beberapa momen saat bersama Soekarno. Ia menyebut Soekarno adalah kakeknya dan Rai Srimben, Ibunda Soekarno adalah buyutnya (kumpi).

Momen yang paling mengesankan yang masih tersimpan di memorinya adalah ketika ia temu kangen dengan Bung Karno. Jika Bung Karno datang ke Bali, maka mereka akan bertemu di Kantor Gubernur yang saat ini telah berubah menjadi kantor DPRD Buleleng.

Baca Juga :  Pertama Kali, Bayi Kembar Tiga Lahir di Rumah Sakit Mangusada

“Kalau beliau datang, kami yang kesana (Kantor Gubernur), bukan beliau yang kesini. Meskipun keluarga, kami juga tidak boleh egois. Bung Karno itu milik negara. Kami yang harus mengikuti aturan,” kata Luh Gelgel.

Luh Gelgel juga mengaku jika bertemu dengan Bung Karno tidak pernah dipersulit. Tidak ada ketentuan khusus bila ingin bertemu. Obrolan pun tidak ada yang serius. Hanya berbincang, bertukar kabar dan saling bergurau. “Kalau ketemu ya biasa saja. Pakai baju biasa juga. Tidak ada yang aneh-aneh harus pakaiannya yang bagimana. Kalau ngobrol juga kami biasa saja, layaknya kakek dan cucunya,” terangnya sembari tersenyum mengenang.

Banyak kenangan yang Luh Gelgel miliki bersama Bung Karno. Tetapi ia lupa karena faktor usia. Selain itu, kenangan yang ia ingat cukup ia simpan sendiri. Beberapa hal mengenai keakrabannya dengan Sang Proklamator itu tampak enggan ia ceritakan. “Saya malu. Sudah itu saja,” pintanya.

Baca Juga :  Ini Pengakuan Ayah Bocah yang Kuburannya Dibongkar Itu

Kendati demikian, Luh Gelgel masih ingat ketika buyutnya meninggal. Ia bersama keluarga berangkat ke Blitar. “Kalau waktu ibu Rai Srimben, ibunya Bung Karno meninggal, saya yang ke Blitar,” ujarnya.

Luh Gelgel dan Luh Sukini tinggal di kawasan Bale Agung, Buleleng. Tempat itu adalah tempat tinggal Ida Ayu Nyoman Rai Srimben, Ibunda Ir. Soekarno. Semasa kecil Bung Karno sempat tinggal di Bale Agung.

Banyak peristiwa juga yang dialami dan disaksikan oleh Luh Gelgel. Namun lagi-lagi, ia enggan bercerai. Menurutnya, itu adalah kenangan pribadinya. “Iya, di sini tempatnya. Keluarga kami ada di sini,” singkatnya.

 






Reporter: Dian Suryantini

BULELENG, BALI EXPRESS-Cuaca di pagi hari cerah. Angin berhembus lembut menyejukkan. Luh Gelgel, 82, bersama Luh Suniki, 72, tengah duduk di teras candi bentar, Bale Agung, Buleleng, Jumat (17/3).

Keduanya tengah asyik mengobrol. Mereka memang biasa ‘nganggur’ di teras depan. Di usianya yang renta mereka butuh angin segar untuk sekadar berjalan-jalan.

Luh Gelgel dan Luh Sukini merupakan keturunan Presiden RI pertama, Ir. Soekarno yang populer dengan nama Bung Karno. Gelgel dan Sukini bersepupu. Saat bertemu keduanya, mereka menyapa dengan ramah, dibubuhi senyuman khas. Penampilan keduanya pun sederhana. Tidak menunjukkan kemewahan maupun status sosial keluarga petinggi negara. “Yang pejabat kan bukan saya,” ujarnya sembari tertawa.

Di usianya yang lansia, Luh Gelgel masih mengingat beberapa momen saat bersama Soekarno. Ia menyebut Soekarno adalah kakeknya dan Rai Srimben, Ibunda Soekarno adalah buyutnya (kumpi).

Momen yang paling mengesankan yang masih tersimpan di memorinya adalah ketika ia temu kangen dengan Bung Karno. Jika Bung Karno datang ke Bali, maka mereka akan bertemu di Kantor Gubernur yang saat ini telah berubah menjadi kantor DPRD Buleleng.

Baca Juga :  Pertama Kali, Bayi Kembar Tiga Lahir di Rumah Sakit Mangusada

“Kalau beliau datang, kami yang kesana (Kantor Gubernur), bukan beliau yang kesini. Meskipun keluarga, kami juga tidak boleh egois. Bung Karno itu milik negara. Kami yang harus mengikuti aturan,” kata Luh Gelgel.

Luh Gelgel juga mengaku jika bertemu dengan Bung Karno tidak pernah dipersulit. Tidak ada ketentuan khusus bila ingin bertemu. Obrolan pun tidak ada yang serius. Hanya berbincang, bertukar kabar dan saling bergurau. “Kalau ketemu ya biasa saja. Pakai baju biasa juga. Tidak ada yang aneh-aneh harus pakaiannya yang bagimana. Kalau ngobrol juga kami biasa saja, layaknya kakek dan cucunya,” terangnya sembari tersenyum mengenang.

Banyak kenangan yang Luh Gelgel miliki bersama Bung Karno. Tetapi ia lupa karena faktor usia. Selain itu, kenangan yang ia ingat cukup ia simpan sendiri. Beberapa hal mengenai keakrabannya dengan Sang Proklamator itu tampak enggan ia ceritakan. “Saya malu. Sudah itu saja,” pintanya.

Baca Juga :  Ini Pengakuan Ayah Bocah yang Kuburannya Dibongkar Itu

Kendati demikian, Luh Gelgel masih ingat ketika buyutnya meninggal. Ia bersama keluarga berangkat ke Blitar. “Kalau waktu ibu Rai Srimben, ibunya Bung Karno meninggal, saya yang ke Blitar,” ujarnya.

Luh Gelgel dan Luh Sukini tinggal di kawasan Bale Agung, Buleleng. Tempat itu adalah tempat tinggal Ida Ayu Nyoman Rai Srimben, Ibunda Ir. Soekarno. Semasa kecil Bung Karno sempat tinggal di Bale Agung.

Banyak peristiwa juga yang dialami dan disaksikan oleh Luh Gelgel. Namun lagi-lagi, ia enggan bercerai. Menurutnya, itu adalah kenangan pribadinya. “Iya, di sini tempatnya. Keluarga kami ada di sini,” singkatnya.

 






Reporter: Dian Suryantini

Most Read

Artikel Terbaru

/