GIANYAR, BALI EXPRESS – Seorang mantan pekerja kapal pesiar, I Wayan Wardika, 42 selama dua tahun terakhir telah bergelut dengan proses pembuatan pupuk organik. Bahkan saat ini pupuk dibuat karena permintaan dari masyarakat yang mulai ramai berkebun, bercocok tanam maupun bertani dalam suasana pandemi covid-19 ini. Proses pembuatannya dilakukan di Rumah Kompos Taro, Banjar Taro Kaja, Desa Taro, Kecamatan Tegallalang, Gianyar, Bali.
Dalam kesempatan itu, ia menjelaskan dalam waktu 2 bulan terakhir sudah memproduksi dan mendistribusikan sekitar 2,5 ton pupuk organik. Sedangkan saat ini, pria yang sempat bekerja di kapal pesiar tersebut kembali memproduksi 1,7 ton pupuk organik yang telah dipesan oleh masyarakat. “Ketika hampir 2 tahun saya kumpulkan atau memilah sampah organik di Rumah Kompos Taro, akhirnya sekarang bermanfaat. Dimana banyak orang ingin berkebun mengisi waktu dengan bercocok tanam,” ungkapnya, Kamis (21/5).
Wardika pulang dari kapal pesiar pada tahun 2018 lalu, dan sampai di rumah ia memiliki bahan untuk dijadikan pupuk organik berupa kompos. Sedangkan untuk belajar membuat pupuk ia kerap berkoordinasi dengan penggiat pertanian organik asal Batubulan.
“Saya belajar dari Bapak Ketut Punia penggiat pertanian organik dari Desa Batubulan. Beliau yang memberikan formulasi,” jelas alumni Fakultas Pariwisata Unud tersebut.
Kedepan, Wardika bercita-cita mengolah kompos menjadi pupuk organik dengan bantuan peralatan. Sebab saat ini, diakui proses pembuatan masih manual. “Karena ini hampir sebagian besar butuh tenaga ekstra. Adanya mesin akan sangat membantu, tapi terus terang saat ini saya belum bisa. Sementara sekarang baru ada mesin pencacah donasi Rotary Club. Kedepan saya perlu mesin pengayak, dan pengaduk semacam molen. Suatu saat tyang akan mampu mengupayakan, apakah dari hasil menabung atau donatur yang berkenan mensuport usaha ini,” terangnya.
Ia pun mengaku bersyukur, kerja kerasnya selama ini mengabdi bagi bumi pertiwi direspon baik oleh masyarakat. Terlebih di tengah-tengah wabah covid 19 sekarang. “Saya merasa bermanfaat bisa membantu sesama di tengah pandemi ini yang mengisi waktu dengan berkebun atau lebih serius untuk ketahanan pangan,” tandasnya.
Sementara itu, untuk pupuk organik itu dijualnya sesuai kemasan. Terdapat dua kemasan, mulai yang 10 kilogram dan 20 kilogram. “Kompos organik super komposisinya kompos organik, tanah subur, tricoderma, abu, daun bambu, dan kotoran kambing. Dengan 2 kemasan, yaitu kemasan 10 kg seharga Rp15 ribu, dan kemasan 20 kg seharga Rp 28 ribu,” imbuhnya.