SINGARAJA, BALI EPRESS – Tak banyak yang mengetahui manfaat dari tepung mocaf. Begitu pula dengan kegunaannya. Selain dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan kue, tepung mocaf juga bisa diolah menjadi beras. Mereka juga menyebutnya beras analog. Bentuk beras analog ini tidak seperti beras padi pada umumnya. Butirannya jauh lebih montok. Dari pengolahan beras analog ini juga minim limbah. Kelompok tani memanfaatkan limbah untuk pupuk. Sehingga tidak ada limbah yang terbuang percuma. “Beras ini dari tepung mocaf juga. Kita olah kami cetak, jadinya seperti beras. Dan mocaf ini kami juga zero waste. Jadi hasil limbah yang didapatkan dari asam laktat itu kami manfaatkan untuk fermentasi pupuk. Kemudian untuk pakan ternak juga bagus untuk memacu pertumbuhannya,” ungkap Made Suparta.
Proses pembuatan beras analog ini juga sesederhana pembuatan tepung mocaf. Tidak membutuhkan waktu lama untuk mendapatkn hasilnya. Alat utama pembuatan beras analog ini adalah cahaya matahari untuk proses akhir. “Kalau mengolah jadi beras analog itu kami melakukan pembuatan adonan. Kami tambahkan pengembang sebanyak 1 persen dari jumlah bahan baku. Lalu dilakukan pengukusan kemudian setelah dikukus 5 menit, dilakukan pencetakan lalu dijemur. Setelah itu langsung dikemas,” terangnya.
Suparta menambahkan, untuk memasak beras analog ini dibutuhkan perlakuan khusus agar tidak gagal. Sebab, banyak yang mencoba memasak beras analog ini mengalami kegagalan. Rasanya pun tidak jauh berbeda dengan beras biasanya. Hanya saja teksturnya lebih lengket. “Kalau masalah minat tergantung ya. Karena ini baru. Saat dimasak, kebanyakan mereka gagal. Karena dia memerlukan perlakuan khusus. Jadi kami masih tahap ujicoba. Tapi ada beberapa yang berhasil. Karena ini sedikit sulit tidak seperti memasak beras pada umumnya. Sehingga ini juga permintaannya sedikit,” paparnya.
Ia pun menyebut beras analog ini adalah alternatif pangan ketika nanti tidak ada beras atau produksi beras mulai langka. Kandungan karbohidrat dalam bers analog dengan bers padi relative sama.
Keberadaan produk tepung mocaf dan beras analog ini pun encuri perhatian berbagai pihak. Terutama di kalangan mahasiswa. Tempat pengolahan dan tempat produksi tepung mocaf ini menjadis alah satu tempat study banding dan tempat penelitian bagi mahasiswa untuk keperluan perkuliahan mereka. Telah banyak mahasiswa dari berbagai universitas di Bali mendatangi tempat tersebut. Bahkan hingga perguruan tinggi yang ada di luar daerah Bali. “Kalau saya jarang untuk konsumsi beras analog. Ini untuk tamu-tamu yang datang. Karena beras ini adalah alternatif jika tidak ada beras. Tempat pengolahan itu sebagai tempat study banding ya. Selain sebagai tempat studi banding juga sebagai tempat penelitian bagi mahasiswa. Kemarin ada dari Unud, dari ITB yang datang kemari. Dan masih banyak lagi yang datang untuk kepentiangan kuliahnya,” ungkapnya.
Desa Bukti merupakan daerah kering beriklim kering, Kegiatan desa dalam rangka mencegah dan menangulangi dampak akibat perubahan iklim adalah dengan melaksanakan program kampung iklim. Inovasi ketahanan pangan di Desa Bukti tidak saja dilakukan pada pengolahan hasil panen singkong yang melimpah menjadi tepung dan beras analog. Akan tetapi bersama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) desa Bukti mengembangkan Banana Smart Village seluas 60 hektar. “Pada Tahun 2019 atas ide dan prakarsa Bapak Prof. I Ketut Wikantika dari Insitut Teknologi Bandung lahirlah Inovasi Desa yaitu program inovasi Banana Smart Village (Desa Cerdas berbasis Pisang), sehingga terwujudnya kerja sama antara Pemerintahan Desa Bukti Dengan Institut Teknologi Bandung serta PT Indonesia Power Unit Pemaron yang didukung oleh BPTP Bali, Dinas Pertanian serta Kelompok Masyarakat yang ada didesa Bukti. Target dari program inovasi Banana Smart Village ini di Lima tahun kedepan minimal sebanyak 60 Hektar Kebun Pisang didesa Bukti,” tutur Sekdes Bukti, I Made Suparna.
Atas inovasi yang dilakukan masyarakat desa setempat, Desa Bukti pun sebagai satu-satunya desa di Bali berhasil meraih tropi penghargaan Proklim Lestari Nasional yang diberikan oleh Kementrian Kehutanan RI pada tahun 2016. “Dan kemarin dari pengolahan ketahanan pangan ini kami mendapat penghargaan Proklim Lestari Nasional. Satu-satunya yang ada di Bali kami yang pertama dapat. Itu memang kami sudah mampu untuk menyediakan ketahanan pangan. Jadi tidak ada beras kami masih bisa hidup, karena kami sudah bisa bikin beras analog,” ujarnya.
Kegiatan Inovasi Banana Smart Village sebagai model Desa Mandiri yang mengadopsi teknologi hulu sampai hilir untuk menghasilkan produk yang bernilai ekonomis dan berkesinambungan konsep tanpa limbah (Zero Waste). Berkat Pembinaan dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali (BPTP Bali) didukung oleh Dinas Pertanian baik tingkat Kabupaten maupun Provinsi sejak tahun 2015 – 2019 dengan program Bio industri dengan konsep kearipan lokal pemanfaatan potensi sumber daya lokal banyak inovasi teknologi bisa terwujud dengan tujuan untuk kelestrian lingkungan. Sejak tahun 2018 dari inovasi teknologi yang dihasilkan dari kegiatan Bio Industri melalui kelompok Tani Ternak Kerti Winangun melaksanakan pelatihan alih teknologi inovasi kepada 10 Kelompok masyarakat yang ada didesa Bukti sehingga berdampak pada kelestarian lingkunga didesa Bukti. (Habis)