26.5 C
Denpasar
Thursday, June 1, 2023

Vaksin Nusantara (1) : Vaksin Pentavalen, 5 Varian dalam 1 Vaksin

JAKARTA, BALI EXPRESS – Vaksin Nusantara adalah vaksin Covid-19 berbasis sel dendritik yang dikembangkan oleh para ilmuwan dari Universitas Diponegoro (Undip), Semarang. Proyek ini menggandeng PT Rama Emerald Multi Sukses (Rama Pharma) bekerja sama dengan AIVITA Biomedical Inc asal California, Amerika Serikat.

Pengembangan vaksin ini digagas pada akhir 2020, ketika Terawan Agus Putranto masih menjabat Menteri Kesehatan. 

Pendanaan riset vaksin Nusantara juga mendapat dukungan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Kemenkes.

Dari hasil uji klinis fase 1 dan 2, diketahui bahwa 17 hari setelah penyuntikan muncul antibodi untuk melawan Virus Corona. Untuk izin uji klinis fase 3 Vaksin Nusantara masih dalam proses. Bahkan, Turki mengajukan diri untuk menjadi lokasi uji klinis tersebut.

Ketua Tim Riset Covid-19 dan Formulasi Vaksin pada Yayasan Profesor Nidom, Profesor Chairul Anwar Nidom mengatakan, pihaknya akan menggunakan antigen pentavalen dalam uji klinis fase 3.

Baca Juga :  Vaksin Booster Diprioritaskan untuk Lansia dan Kelompok Rentan

Nidom menyebut timnya tengah mempersiapkan antigen yang mengandung lima varian Virus Corona, yakni varian Lambda, Delta, Delta Plus, Alpha, dan Betha.

Menurut Guru Besar Ilmu Biokimia dan Biologi Molekular Unair ini, bila uji klinis sukses, Vaksin Nusantara bisa mencegah infeksi SARS-CoV-2 dari lima varian, yakni

varian Lambda, Delta, Delta Plus, Alpha, dan Betha. Jadi, vaksin berbasis sel dendritik itu merupakan vaksin pentavalen, yakni 5 varian dalam 1 vaksin.

Mengutip Bisnis.com, dasar pertimbangan menggunakan 5 varian Virus Corona karena virus sangat cepat bermutasi. Maka dengan sekali penyuntikan, akan diharapkan bisa mencegah penularan Covid-19 dari beberapa varian virus.

Nidom menjelaskan, bahwa proses pembuatan Vaksin Nusantara membutuhkan waktu 30 hari hingga 40 hari. Sementara, vaksin konvensional membutuhkan waktu 1 tahun hingga 1,5 tahun.

Baca Juga :  Hotman Paris Pertanyakan Perbedaan Vonis Indra Kenz dan Doni Salmanan

Karena dalam situasi darurat Covid-19,  lanjutnya, maka proses pembuatan vaksin dipersingkat. Jika tidak dalam situasi darurat, proses pembuatan vaksin bisa memakan waktu 3 tahun.

Vaksinasi Nusantara bisa dperuntukkan bagi orang memiliki komorbid, tanpa komorbid, lansia/muda, dengan cukup sekali suntikan untuk seumur hidup.

Dijelaskan Nidom, proses vaksinasi tujuh hari sejak diambil darah dari orang yang akan divaksin. Lima hari diantaraya untuk menumbuhkan dan memilih sel dendritik, dan selama dua hari untuk pemberian antigen dan dicuci. “Tidak ada zat kimia yang dicampurkan, sehingga tidak menimbulkan masalah bagi orang yang divaksinasi karena berasal dari darah sendiri,” jelas Nidom.


JAKARTA, BALI EXPRESS – Vaksin Nusantara adalah vaksin Covid-19 berbasis sel dendritik yang dikembangkan oleh para ilmuwan dari Universitas Diponegoro (Undip), Semarang. Proyek ini menggandeng PT Rama Emerald Multi Sukses (Rama Pharma) bekerja sama dengan AIVITA Biomedical Inc asal California, Amerika Serikat.

Pengembangan vaksin ini digagas pada akhir 2020, ketika Terawan Agus Putranto masih menjabat Menteri Kesehatan. 

Pendanaan riset vaksin Nusantara juga mendapat dukungan dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) Kemenkes.

Dari hasil uji klinis fase 1 dan 2, diketahui bahwa 17 hari setelah penyuntikan muncul antibodi untuk melawan Virus Corona. Untuk izin uji klinis fase 3 Vaksin Nusantara masih dalam proses. Bahkan, Turki mengajukan diri untuk menjadi lokasi uji klinis tersebut.

Ketua Tim Riset Covid-19 dan Formulasi Vaksin pada Yayasan Profesor Nidom, Profesor Chairul Anwar Nidom mengatakan, pihaknya akan menggunakan antigen pentavalen dalam uji klinis fase 3.

Baca Juga :  Batal ke Perancis, Barong dan Rangda Terpaksa "Dikereb"

Nidom menyebut timnya tengah mempersiapkan antigen yang mengandung lima varian Virus Corona, yakni varian Lambda, Delta, Delta Plus, Alpha, dan Betha.

Menurut Guru Besar Ilmu Biokimia dan Biologi Molekular Unair ini, bila uji klinis sukses, Vaksin Nusantara bisa mencegah infeksi SARS-CoV-2 dari lima varian, yakni

varian Lambda, Delta, Delta Plus, Alpha, dan Betha. Jadi, vaksin berbasis sel dendritik itu merupakan vaksin pentavalen, yakni 5 varian dalam 1 vaksin.

Mengutip Bisnis.com, dasar pertimbangan menggunakan 5 varian Virus Corona karena virus sangat cepat bermutasi. Maka dengan sekali penyuntikan, akan diharapkan bisa mencegah penularan Covid-19 dari beberapa varian virus.

Nidom menjelaskan, bahwa proses pembuatan Vaksin Nusantara membutuhkan waktu 30 hari hingga 40 hari. Sementara, vaksin konvensional membutuhkan waktu 1 tahun hingga 1,5 tahun.

Baca Juga :  Pemberi Hadiah Itu Bernama Cik Giong, di Songan Ada Pohon Kembarnya

Karena dalam situasi darurat Covid-19,  lanjutnya, maka proses pembuatan vaksin dipersingkat. Jika tidak dalam situasi darurat, proses pembuatan vaksin bisa memakan waktu 3 tahun.

Vaksinasi Nusantara bisa dperuntukkan bagi orang memiliki komorbid, tanpa komorbid, lansia/muda, dengan cukup sekali suntikan untuk seumur hidup.

Dijelaskan Nidom, proses vaksinasi tujuh hari sejak diambil darah dari orang yang akan divaksin. Lima hari diantaraya untuk menumbuhkan dan memilih sel dendritik, dan selama dua hari untuk pemberian antigen dan dicuci. “Tidak ada zat kimia yang dicampurkan, sehingga tidak menimbulkan masalah bagi orang yang divaksinasi karena berasal dari darah sendiri,” jelas Nidom.


Most Read

Artikel Terbaru