28.7 C
Denpasar
Wednesday, March 22, 2023

Angga Tiba-tiba Nangis Saat Ditanya Soal Sekolah di Pengungsian

BALI EXPRESS, TABANAN – Masalah pendidikan akibat naiknya status Gunung Agung menjadi awas mulai teratasi. Anak-anak pengungsi sudah mulai belajar di sekolah terdekat dari pengungsian. Meski begitu, masih ada beberapa kendala psikologis yang dihadapi para siswa pengungsi ini.

 

I Nengah Angga Wira Adi Putra, 10, tiba-tiba menangis saat ditanya kesan pertamanya bersekolah untuk sementara di SDN 3 Marga. Bocah yang akrab disapa Angga itu merupakan warga Banjar Gelundungan, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem, yang mengungsi ke Tabanan tepatnya saat ini berada di Posko Pengungsian Rumah Jabatan Camat Marga.

Bocah yang duduk di kelas IV, itu memang nampak pendiam sehingga ketika mulai mengikuti mata pelajaran Agama Hindu di SDN 3 Marga ia lebih banyak diam. Namun saat ditanya apakah senang belajar di sini? Angga menggeleng dan mengatakan jika hanya mau sekolah dengan sepupunya. Ia kemudian langsung menangis dan minta diantar mencari ayahnya di lokasi pengungsian yang tidak jauh dari sekolah. Padahal siswa kelas IV SDN 3 Marga sangat senang menerima Angga sebagai kawan barunya dan terus mencoba menghibur Angga.

“Wajarlah karena dia harus beradaptasi dengan lingkungan baru. Mungkin juga dia teringat kawan-kawannya di sekolah di Karangasem,” ujar salah satu guru SDN 3 Marga, Ni Made Mariati.

Atas kondisi tersebut, salah satu guru kemudian mengantar Angga kembali ke Posko Pengungsian, dengan harapan esok hari Angga bisa kembali mengikuti pelajaran di SDN 3 Marga dengan perasaan yang lebih tenang.

Berbeda dengan Angga, sejumlah pengungsi lainnya, I Kadek Bayu Semarapura, 7, yang belajar di kelas I, I Gede Aditya Novawan, 9, yang belajar di kelas II, I Kadek Candra Wardana, 11, yang belajar di kelas V, dan Ni Luh Putu Desi, 13, kelas VI yang sama-sama berasal dari Banjar Gelundungan, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem nampak sangat menikmati kegiatan belajarnya di kelas masing-masing. Mereka mengaku senang bisa bersekolah sementara di SDN 3 Marga.

Baca Juga :  Truk Terguling di Selemadeg Nyaris Terjun ke Sungai

“Senang bisa kenal teman-teman baru di sini,” ujar I Gede Aditya Novawan yang mengungsi dirumah neneknya di Marga.

Selain di SDN 3 Marga, sejumlah pengungsi yang tersebar di Kecamatan Marga, mulai Selasa kemarin (26/9) juga telah belajar di sejumlah sekolah yang ada di Marga. Dimana sesuai himbauan Bupati Tabanan, untuk masalah pendidikan agar dikoordinasikan oleh UPT Pendidikan yang ada di masing-masing Kecamatan sehingga tidak ada pengungsi yang kehilangan hak mereka untuk mendapatkan pendidikan.

Sementara itu hingga Selasa (26/9) jumlah pengungsi di Kabupaten Tabanan mencapai 2.777 jiwa, dimana dari total tersebut 329 orang diantaranya pengungsi berusia SD, SMP dan SMA.

Sementara di Denpasar, salah satu sekolah yang menerima limpahan siswa pengungsi adalah SDN 12 Kesiman. Sekolah ini adalah SD terdekat dari lokasi pengungsian di Banjar Kesambi, Kesiman. Menurut Kepala Sekolah SDN 12 Kesiman, Ida Ayu Dewa Candrawati, bahwa hingga kemarin terdapat sedikitnya 20 siswa asal Kabupaten Karangasem yang mengikuti pembelajaran. Rincianya yakni kelas 1 sebanyak 3 siswa, kelas 2 sebanyak 4 siswa, kelas 3 sebanyak 3 siswa, kelas 4 sebanyak 7 siswa, kelas 5 sebanyak 1 siswa dan kelas 6 sebanyak 2 siswa.

“Namun jumlah tersebut kemungkinan akan bertambah besok. Karena setiap hari terjadi penambahan pengungsi,” ungkapnya. 

Candrawati menjelaskan, pihaknya sebagai tenaga pendidik sudah memiliki kewajiban untuk memberikan ruang kepada anak-anak untuk bersekolah. “Walaupun ini bukan warga Denpasar, setidaknya mereka adalah masyarakat yang wajib belajar, sehingga sesuai dengan amanat Undang-Undang harus difasilitasi,” tuturnya. 

Terkait dengan permasalahan datangnya murid baru ini pihaknya tidak begitu kesulitan. Karena ada beberapa kelas yang belum terisi maksimal di sekolah yang dipimpinya itu. “Sehingga masih memungkinkan untuk dilakukan penambaha siswa,” jelasnya. 

Baca Juga :  Sambil Momong Bayi, Devi Ambil Alih Kerjaan Suami Jadi Juru Parkir

Hanya saja, untuk Kurikulum Pembelajaran pihaknya mengaku ada sedikit perbedaan antara sekolah asal siswa dengan SDN 12 Kesiman. Dimana, sekolah asalnya di Karangasem menggunakan Kurikulum KTSP sedangkan di Kota Denpasar sudah memggunakan K13. “Untuk itu siswa harus menyesuaikan dengan kurikulum yang ada, namun lama kelamaan pasti biasa kok,” terangnya. 

Menurut Candrawati, seluruh siswa SDN 12 Kesiman yang berjumlah 236 siswa yang terbagi dalam delapan kelas ini sangat antusias menerima kehadiran saudara dari Karangasem ini. Bahkan ada beberapa yang telah menyediakan buku tulis untuk diberikan  kepada siswa pengungsian yang menjadi teman barunya. “Jadi saya sangat terharu, anak-anak sangat antusias, semua bisa berbaur satu sama lainya,” imbuhnya. 

Sedangkan untuk keberlanjutan pelaksanaan Proses Belajar Mengajar yang nantinya pasti akan dilaksanakan ulangan umum atau jeda tengah semester, pihaknya memilih untuk menunggu informasi lanjutan dari Disdikpora Kota Denpasar. “Intinya mereka (pengungsi) bisa belajar saja dulu, jadi proses belajarnya tidak berhenti, nanti kalau kondisi sudah memungkinkan untuk kembali, maka pembelajaran bisa dilanjutkan sehingga tidak tertinggal,” tandasnya. 

Sementara salah seorang orang tua siswa, Komang Deniari yang merupakan orang tua dari Komang Ayudina Pristayani mengataka  sangat bersyukur anaknya bisa diterima di sekolah terdekat. Sehingga pembelajaran untuk anaknya bisa berlanjut setelah beberapa hari belum ada kepastian. Untuk memberikan support kepada buah hatinya itu, Deniari bersedia menunggu hingga pulang sekolah agar sang anak mau belajar.

“Karena kan masih asing ya, nanti kalau sudah punya teman kan biasa lagi,” tutup wanita asal Desa Selat Duda ini.


BALI EXPRESS, TABANAN – Masalah pendidikan akibat naiknya status Gunung Agung menjadi awas mulai teratasi. Anak-anak pengungsi sudah mulai belajar di sekolah terdekat dari pengungsian. Meski begitu, masih ada beberapa kendala psikologis yang dihadapi para siswa pengungsi ini.

 

I Nengah Angga Wira Adi Putra, 10, tiba-tiba menangis saat ditanya kesan pertamanya bersekolah untuk sementara di SDN 3 Marga. Bocah yang akrab disapa Angga itu merupakan warga Banjar Gelundungan, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem, yang mengungsi ke Tabanan tepatnya saat ini berada di Posko Pengungsian Rumah Jabatan Camat Marga.

Bocah yang duduk di kelas IV, itu memang nampak pendiam sehingga ketika mulai mengikuti mata pelajaran Agama Hindu di SDN 3 Marga ia lebih banyak diam. Namun saat ditanya apakah senang belajar di sini? Angga menggeleng dan mengatakan jika hanya mau sekolah dengan sepupunya. Ia kemudian langsung menangis dan minta diantar mencari ayahnya di lokasi pengungsian yang tidak jauh dari sekolah. Padahal siswa kelas IV SDN 3 Marga sangat senang menerima Angga sebagai kawan barunya dan terus mencoba menghibur Angga.

“Wajarlah karena dia harus beradaptasi dengan lingkungan baru. Mungkin juga dia teringat kawan-kawannya di sekolah di Karangasem,” ujar salah satu guru SDN 3 Marga, Ni Made Mariati.

Atas kondisi tersebut, salah satu guru kemudian mengantar Angga kembali ke Posko Pengungsian, dengan harapan esok hari Angga bisa kembali mengikuti pelajaran di SDN 3 Marga dengan perasaan yang lebih tenang.

Berbeda dengan Angga, sejumlah pengungsi lainnya, I Kadek Bayu Semarapura, 7, yang belajar di kelas I, I Gede Aditya Novawan, 9, yang belajar di kelas II, I Kadek Candra Wardana, 11, yang belajar di kelas V, dan Ni Luh Putu Desi, 13, kelas VI yang sama-sama berasal dari Banjar Gelundungan, Desa Ban, Kecamatan Kubu, Karangasem nampak sangat menikmati kegiatan belajarnya di kelas masing-masing. Mereka mengaku senang bisa bersekolah sementara di SDN 3 Marga.

Baca Juga :  Truk Terguling di Selemadeg Nyaris Terjun ke Sungai

“Senang bisa kenal teman-teman baru di sini,” ujar I Gede Aditya Novawan yang mengungsi dirumah neneknya di Marga.

Selain di SDN 3 Marga, sejumlah pengungsi yang tersebar di Kecamatan Marga, mulai Selasa kemarin (26/9) juga telah belajar di sejumlah sekolah yang ada di Marga. Dimana sesuai himbauan Bupati Tabanan, untuk masalah pendidikan agar dikoordinasikan oleh UPT Pendidikan yang ada di masing-masing Kecamatan sehingga tidak ada pengungsi yang kehilangan hak mereka untuk mendapatkan pendidikan.

Sementara itu hingga Selasa (26/9) jumlah pengungsi di Kabupaten Tabanan mencapai 2.777 jiwa, dimana dari total tersebut 329 orang diantaranya pengungsi berusia SD, SMP dan SMA.

Sementara di Denpasar, salah satu sekolah yang menerima limpahan siswa pengungsi adalah SDN 12 Kesiman. Sekolah ini adalah SD terdekat dari lokasi pengungsian di Banjar Kesambi, Kesiman. Menurut Kepala Sekolah SDN 12 Kesiman, Ida Ayu Dewa Candrawati, bahwa hingga kemarin terdapat sedikitnya 20 siswa asal Kabupaten Karangasem yang mengikuti pembelajaran. Rincianya yakni kelas 1 sebanyak 3 siswa, kelas 2 sebanyak 4 siswa, kelas 3 sebanyak 3 siswa, kelas 4 sebanyak 7 siswa, kelas 5 sebanyak 1 siswa dan kelas 6 sebanyak 2 siswa.

“Namun jumlah tersebut kemungkinan akan bertambah besok. Karena setiap hari terjadi penambahan pengungsi,” ungkapnya. 

Candrawati menjelaskan, pihaknya sebagai tenaga pendidik sudah memiliki kewajiban untuk memberikan ruang kepada anak-anak untuk bersekolah. “Walaupun ini bukan warga Denpasar, setidaknya mereka adalah masyarakat yang wajib belajar, sehingga sesuai dengan amanat Undang-Undang harus difasilitasi,” tuturnya. 

Terkait dengan permasalahan datangnya murid baru ini pihaknya tidak begitu kesulitan. Karena ada beberapa kelas yang belum terisi maksimal di sekolah yang dipimpinya itu. “Sehingga masih memungkinkan untuk dilakukan penambaha siswa,” jelasnya. 

Baca Juga :  Saat Pandemi, Lima Sekawan Ini malah Buka Usaha Baru

Hanya saja, untuk Kurikulum Pembelajaran pihaknya mengaku ada sedikit perbedaan antara sekolah asal siswa dengan SDN 12 Kesiman. Dimana, sekolah asalnya di Karangasem menggunakan Kurikulum KTSP sedangkan di Kota Denpasar sudah memggunakan K13. “Untuk itu siswa harus menyesuaikan dengan kurikulum yang ada, namun lama kelamaan pasti biasa kok,” terangnya. 

Menurut Candrawati, seluruh siswa SDN 12 Kesiman yang berjumlah 236 siswa yang terbagi dalam delapan kelas ini sangat antusias menerima kehadiran saudara dari Karangasem ini. Bahkan ada beberapa yang telah menyediakan buku tulis untuk diberikan  kepada siswa pengungsian yang menjadi teman barunya. “Jadi saya sangat terharu, anak-anak sangat antusias, semua bisa berbaur satu sama lainya,” imbuhnya. 

Sedangkan untuk keberlanjutan pelaksanaan Proses Belajar Mengajar yang nantinya pasti akan dilaksanakan ulangan umum atau jeda tengah semester, pihaknya memilih untuk menunggu informasi lanjutan dari Disdikpora Kota Denpasar. “Intinya mereka (pengungsi) bisa belajar saja dulu, jadi proses belajarnya tidak berhenti, nanti kalau kondisi sudah memungkinkan untuk kembali, maka pembelajaran bisa dilanjutkan sehingga tidak tertinggal,” tandasnya. 

Sementara salah seorang orang tua siswa, Komang Deniari yang merupakan orang tua dari Komang Ayudina Pristayani mengataka  sangat bersyukur anaknya bisa diterima di sekolah terdekat. Sehingga pembelajaran untuk anaknya bisa berlanjut setelah beberapa hari belum ada kepastian. Untuk memberikan support kepada buah hatinya itu, Deniari bersedia menunggu hingga pulang sekolah agar sang anak mau belajar.

“Karena kan masih asing ya, nanti kalau sudah punya teman kan biasa lagi,” tutup wanita asal Desa Selat Duda ini.


Most Read

Artikel Terbaru