26.5 C
Denpasar
Sunday, April 2, 2023

Unik, Nasi Jinggo Pedas Mak Ijah Jualan di Kolong Meja

DENPASAR, BALI EXPRESS – Nasi jinggo merupakan salah satu kuliner khas malam hari dengan harga yang relatif terjangkau. Lauknya pun umumnya sama antara nasi jinggo satu dan lainnya, berisi suiran ayam, tempe, mie, sambal dan serundeng. Namun, ada yang berbeda dari nasi jinggo Mak Ijah yang beralamat di Jalan Pulau Bungin, Gang Damar, Banjar Pitik Pedungan, Denpasar. Begitu sampai di lokasi, pelanggan tidak akan langsung melihat pedagang. Melainkan, pelanggan harus melongok ke kolong meja dan barulah bisa melihat pedagang ‘bersembunyi’ sambil menyiapkan pesanan nasi jinggo.

 

Adalah Khotijah, 65, penggagas Nasi Jinggo Kolong Meja Selera Pedas Asli Pekalongan. Sudah lebih dari 10 tahun, Mak Ijah, panggilan akrabnya, berjualan nasi jinggo di kolong meja.

 

Semuanya, kata dia, berawal dari dulunya pada saat mulai berjualan, ia harus sambil memomong bayi usia dua bulan. Agar tetap bisa berjualan, ia memutuskan untuk menyiapkan pesanan sambil duduk di bawah kolong meja. “Dulu ngajak anak kecil, biar bisa jualan, saya sambil duduk di bawah. Lihat itu anak saya usul ganti nama saja jadi nasi jinggo kolong meja, sebelumnya nasi jinggo muslim,” katanya saat ditemui di lokasi, Sabtu (27/11).

Baca Juga :  Komunitas Changi Airport Sumbang Ribuan Konsentrator Oksigen 

 

Di atas mejanya sendiri, hanya tersedia beragam keripik, gorengan, air mineral dalam bentuk kemasan gelas, dan sate-satean seperti sate telor, sate usus, dan sate ati rempelo dengan bumbu rendang yang medhok. Sementara untuk nasi jinggonya, seperti ciri khas bisanya, nasi jinggo buatan Mak Ijah pun memiliki rasa sambal yang cukup pedas.

 

“Karena selera pedas, saya pakai cabai 5 kilogram, tomat cuma 1 kilogram. Jadi kalau tidak pedas, saya tidak enak,” jelasnya.

 

Satu porsi nasi jinggo yang ia jual, dibanderol mulai dari Rp 5 ribu. Berisi lauk mie, tempe, ayam suiran, sambal goreng kentang dan buncis, telor, dan sambal. Untuk sate-sateannya, mulai dari Rp 3 ribu.

 

“Nasi jinggo kan memang harus pedas. Saya dari Pekalongan, tapi kalau di Pekalongan ciri khasnya bukan pedas. Di Pekalongan itu ciri khasnya Megono, kalau di Bali kan ada lawar,” tuturnya.

 

Sejak tim Bali Express (Jawa Pos Group) tiba di lokasi, antrean yang datang tak henti-henti. Ada pelanggan yang minta dibungkus bawa pulang, atau makan di tempat. Tak ayal, Mak Ijah mengaku, dalam seharinya ia bisa menyiapkan 20-25 kilogram beras untuk nasinya. “Kalau berapa porsi yang terjual saya nggak itung,” ucapnya.

Baca Juga :  Hasil Merenung di Tegalan, Ciptakan Pompa Air Tanpa Listrik

 

Sejak diviralkan salah satu akun kuliner di sosial media, Mak Ijah menerima banyak pelanggan tidak hanya dari Pedungan, Denpasar, bahkan sampai pelanggan dari Kuta dan Nusa Dua, Badung. Tidak sedikit juga ia menerima pesanan dari ojek online. “Biasanya yang beli muda-mudi, tapi ada juga yang tua. Tidak mesti,” katanya.

 

Nasi jinggo kolong meja Mak Ijah ini buka dari pukul 18.00 Wita sampai pukul 02.00 Wita. “Saya buka setiap hari kalau bapak nggak capek, karena yang masak nasi bapak. Saya cuma lihat-lihat saja, karena ada yang bantu masak lauk tiga orang. Masak biasanya mulai 13.00 Wita, karena ini motong-motong kan lama,” tutupnya.

 

Salah seorang pelanggan, Cindy Lama, mengatakan, ia sudah berlangganan nasi jinggo Mak Ijah sejak setahun lalu. Diakuinya, yang menjadi juara di sini adalah ayam suir dan sambalnya yang pedas. Harganya yang terjangkau juga menjadi alasan Cindy untuk kerap kali datang ke lokasi. “Saya bisa seminggu tiga kali ke sini. Rasanya memang enak,” katanya.






Reporter: Rika Riyanti

DENPASAR, BALI EXPRESS – Nasi jinggo merupakan salah satu kuliner khas malam hari dengan harga yang relatif terjangkau. Lauknya pun umumnya sama antara nasi jinggo satu dan lainnya, berisi suiran ayam, tempe, mie, sambal dan serundeng. Namun, ada yang berbeda dari nasi jinggo Mak Ijah yang beralamat di Jalan Pulau Bungin, Gang Damar, Banjar Pitik Pedungan, Denpasar. Begitu sampai di lokasi, pelanggan tidak akan langsung melihat pedagang. Melainkan, pelanggan harus melongok ke kolong meja dan barulah bisa melihat pedagang ‘bersembunyi’ sambil menyiapkan pesanan nasi jinggo.

 

Adalah Khotijah, 65, penggagas Nasi Jinggo Kolong Meja Selera Pedas Asli Pekalongan. Sudah lebih dari 10 tahun, Mak Ijah, panggilan akrabnya, berjualan nasi jinggo di kolong meja.

 

Semuanya, kata dia, berawal dari dulunya pada saat mulai berjualan, ia harus sambil memomong bayi usia dua bulan. Agar tetap bisa berjualan, ia memutuskan untuk menyiapkan pesanan sambil duduk di bawah kolong meja. “Dulu ngajak anak kecil, biar bisa jualan, saya sambil duduk di bawah. Lihat itu anak saya usul ganti nama saja jadi nasi jinggo kolong meja, sebelumnya nasi jinggo muslim,” katanya saat ditemui di lokasi, Sabtu (27/11).

Baca Juga :  Komunitas Changi Airport Sumbang Ribuan Konsentrator Oksigen 

 

Di atas mejanya sendiri, hanya tersedia beragam keripik, gorengan, air mineral dalam bentuk kemasan gelas, dan sate-satean seperti sate telor, sate usus, dan sate ati rempelo dengan bumbu rendang yang medhok. Sementara untuk nasi jinggonya, seperti ciri khas bisanya, nasi jinggo buatan Mak Ijah pun memiliki rasa sambal yang cukup pedas.

 

“Karena selera pedas, saya pakai cabai 5 kilogram, tomat cuma 1 kilogram. Jadi kalau tidak pedas, saya tidak enak,” jelasnya.

 

Satu porsi nasi jinggo yang ia jual, dibanderol mulai dari Rp 5 ribu. Berisi lauk mie, tempe, ayam suiran, sambal goreng kentang dan buncis, telor, dan sambal. Untuk sate-sateannya, mulai dari Rp 3 ribu.

 

“Nasi jinggo kan memang harus pedas. Saya dari Pekalongan, tapi kalau di Pekalongan ciri khasnya bukan pedas. Di Pekalongan itu ciri khasnya Megono, kalau di Bali kan ada lawar,” tuturnya.

 

Sejak tim Bali Express (Jawa Pos Group) tiba di lokasi, antrean yang datang tak henti-henti. Ada pelanggan yang minta dibungkus bawa pulang, atau makan di tempat. Tak ayal, Mak Ijah mengaku, dalam seharinya ia bisa menyiapkan 20-25 kilogram beras untuk nasinya. “Kalau berapa porsi yang terjual saya nggak itung,” ucapnya.

Baca Juga :  Perajin Lukisan Wayang Nagasepaha Tak Tersentuh Bantuan

 

Sejak diviralkan salah satu akun kuliner di sosial media, Mak Ijah menerima banyak pelanggan tidak hanya dari Pedungan, Denpasar, bahkan sampai pelanggan dari Kuta dan Nusa Dua, Badung. Tidak sedikit juga ia menerima pesanan dari ojek online. “Biasanya yang beli muda-mudi, tapi ada juga yang tua. Tidak mesti,” katanya.

 

Nasi jinggo kolong meja Mak Ijah ini buka dari pukul 18.00 Wita sampai pukul 02.00 Wita. “Saya buka setiap hari kalau bapak nggak capek, karena yang masak nasi bapak. Saya cuma lihat-lihat saja, karena ada yang bantu masak lauk tiga orang. Masak biasanya mulai 13.00 Wita, karena ini motong-motong kan lama,” tutupnya.

 

Salah seorang pelanggan, Cindy Lama, mengatakan, ia sudah berlangganan nasi jinggo Mak Ijah sejak setahun lalu. Diakuinya, yang menjadi juara di sini adalah ayam suir dan sambalnya yang pedas. Harganya yang terjangkau juga menjadi alasan Cindy untuk kerap kali datang ke lokasi. “Saya bisa seminggu tiga kali ke sini. Rasanya memang enak,” katanya.






Reporter: Rika Riyanti

Most Read

Artikel Terbaru