BALI EXPRESS – Mantan Wakil Menteri Hukum dan HAM Deny Indrayana membocorkan isi percakapannya dengan Menko Polhukam Mahfud MD. Dalam percakapan itu, Deny Indrayana menyebut agar hukum tidak dijadikan instrument untuk menekan koalisi dalam Pilpres 2024. Apalagi dijadikan alat untuk menjegal sosok Anies Baswedan yang ia dukung pada Pilpres mendatang.
Pernyataan ini sontak menjadi ramai di berbagai media. Bahkan turut ditanggapi oleh penggiat media sosial, Rudi S Kamri. Menurut Rudi dalam Youtube Kanal Anak Bangsa, Kamis (2/2), pembicaraan private antara sesama intelektual dan akademisi yaitu Prof. Mahfud MD dan Prof. Denny Indrayana disampaikan ke ruang publik oleh Denny Indrayana dengan tendensius dan berdasarkan penafsirannya sendiri.
Dalam hal ini Rudi menyoroti beberapa hal yang dilanggar oleh Deny Indrayana. Menurut Rudi, Deny melakukan pelanggaran etika seorang akademis, karena diskusi dua orang akademis ini tidak boleh dibocorkan ke ruang public apalagi menyangkut isu-isu sensitif.
“Apalagi bisa ditafsirkan multi intepretasi oleh masyarakat,” jelas Rudi.
Deny Indrayana juga dinilai telah menyesatkan public, seolah-olah benar bahwa presiden menggunakan kekuasaannya untuk menggunakan hukum sebagai alat menekan sebuah koalisi.
“Ini berbahaya. Seharusnya diskusi ini tidak perlu dibocorkan ke ruang publik. Mana yang harus disampaikan, mana yang tidak boleh. Saya bisa menyimpulkan bahwa Deny ini bukan orang yang bijak,” jelasnya.
Sikap Deny dinilai tidak mencirikan seorang intelektual yang sebenarnya, melainkan seorang politisi. Seorang politisi memanfaatkan segala isu untuk kepentingan politiknya.
“Deny menyampaikan kepada Prof. Mahfud bahwa ia mendukung Anies Baswedan dan Prof. Mahfud tidak keberatan. Itu merupakan hak setiap orang meskipun Prof. Mahfud tidak mendukung Anies Baswedan,” jelasnya.
Reporter: Wiwin Meliana
BALI EXPRESS – Mantan Wakil Menteri Hukum dan HAM Deny Indrayana membocorkan isi percakapannya dengan Menko Polhukam Mahfud MD. Dalam percakapan itu, Deny Indrayana menyebut agar hukum tidak dijadikan instrument untuk menekan koalisi dalam Pilpres 2024. Apalagi dijadikan alat untuk menjegal sosok Anies Baswedan yang ia dukung pada Pilpres mendatang.
Pernyataan ini sontak menjadi ramai di berbagai media. Bahkan turut ditanggapi oleh penggiat media sosial, Rudi S Kamri. Menurut Rudi dalam Youtube Kanal Anak Bangsa, Kamis (2/2), pembicaraan private antara sesama intelektual dan akademisi yaitu Prof. Mahfud MD dan Prof. Denny Indrayana disampaikan ke ruang publik oleh Denny Indrayana dengan tendensius dan berdasarkan penafsirannya sendiri.
Dalam hal ini Rudi menyoroti beberapa hal yang dilanggar oleh Deny Indrayana. Menurut Rudi, Deny melakukan pelanggaran etika seorang akademis, karena diskusi dua orang akademis ini tidak boleh dibocorkan ke ruang public apalagi menyangkut isu-isu sensitif.
“Apalagi bisa ditafsirkan multi intepretasi oleh masyarakat,” jelas Rudi.
Deny Indrayana juga dinilai telah menyesatkan public, seolah-olah benar bahwa presiden menggunakan kekuasaannya untuk menggunakan hukum sebagai alat menekan sebuah koalisi.
“Ini berbahaya. Seharusnya diskusi ini tidak perlu dibocorkan ke ruang publik. Mana yang harus disampaikan, mana yang tidak boleh. Saya bisa menyimpulkan bahwa Deny ini bukan orang yang bijak,” jelasnya.
Sikap Deny dinilai tidak mencirikan seorang intelektual yang sebenarnya, melainkan seorang politisi. Seorang politisi memanfaatkan segala isu untuk kepentingan politiknya.
“Deny menyampaikan kepada Prof. Mahfud bahwa ia mendukung Anies Baswedan dan Prof. Mahfud tidak keberatan. Itu merupakan hak setiap orang meskipun Prof. Mahfud tidak mendukung Anies Baswedan,” jelasnya.
Reporter: Wiwin Meliana