DENPASAR, BALI EXPRESS – Ditundanya PON XX ke tahun 2021 membuat beberapa cabang olahraga harus merombak ulang program latihan mereka kepada atlet. Salah satunya adalah judo dengan program dan agenda latihan mandiri di tengah pandemi Covid-19 ini.
“Pastinya penundaan PON tersebut membuat program dan agenda bergeser atau berubah. Jika sebelumnya kami sudah melakukan Training Camp (TC) sentralisasi maka dirubah menjadi TC desentralisasi lagi. Artinya kembali ke awal,” ujar Wakil Ketua Umum Pengprov PJSI Bali, I Nengah Sudiartha saat dihubungi, Minggu (3/5).
Dengan status TC desentralisasi dan latihan mandiri di rumah masing-masing maka program dan agenda latihan kembali berkutat kepada kebugaran fisik dan peningkatan daya tahan tubuh saja. “Harus seperti itu program dan agenda latihannya. Termasuk dispensasi kerja yang sebelumya sudah diperoleh dari judoka putra dan putri PON Bali harus dikembalikan lagi ke tempat kerjanya. Jadi mereka kembali tetap bekerja di sela-sela latihan nantinya. Ya kan masih ada waktu setahun setengah lebih untuk persiapan, jadi masih cukup panjang untuk melakukan TC sentralisasi itu,” tambah Sudiartha.
Hanya saja lajutnya, memang ada sedikit kekhawatiran dengan penundaan PON itu selama setahun, karena bisa jadi judoka mengambil keputusan lain. Misalnya judoka putri andalan Balii, Anny Pandini yang berencana untuk menikah.
“Memang untuk satu itu bisa saja terjadi pada diri judoka tapi kami berharap semua itu tak terjadi dan semuanya berjalan dengan lancar dan membuat persiapan tim judo PON Bali semakin bagus,” jelas Sudiartha.
Lantas apakah itu nantinya juga berpengaruh terhadap regulasi batas umur untuk cabor judo ? Dirinya mengutarakan jika regulasi batas usia tidak ada perubahan. “Ini kan soal pergeseran gelaran PON ditunda sehingga regulasi ya tetap menggunakan pra-PON lalu. Artinya yang lolos Pra-PON 2019 tetap yang berlaga di PON Papua tahun depan,” tandas Sudiartha.