Selain buah, daun tanaman, dituliskan dalam pelutuk bebantenan yang dikenal dengan istilah panca dhala. Dhala berarti daun. Lima jenis daun tanaman yang dipakai sarana dalam persembahan yadnya, sesuai dengan arah mata angin (pangider-ideran) tadi.
Sarana upakara di Bali tidak terlepas dalam penggunaan buah, bunga dan dedaunan. Hasil bumi tersebut dijadikan sarana persembahan lantaran memiliki sejumlah makna sebagai simbol pengider-ider yang terungkap dalam pelutuk bebantenan maupun pustaka suci Hindu.
Ayam menjadi salah satu binatang yang paling sering digunakan sebagai sarana upakara panca yadnya di Bali. Hewan yang memiliki sifat khas dan unik ini kerap dijadikan simbolisasi untuk memperbaiki kehidupannya pada kelahiran yang akan datang.
Selain memiliki fungsi yang sakral, Dawang-dawang juga sebagai media hiburan saat prosesi medeeng. Jika acara medeeng tersebut berlangsung, masyarakat sekitar berbondong-bondong  menyaksikan Dawang-dawang tersebut.
Saat upacara Ngaben di Buleleng, ada yang dinamakan dengan Dawang-dawang. Dawang-dawang memiliki fungsi secara filosofis yakni sebagai penuntun roh ke surga.